Selasa, 30 April 2013

Sesuatu, SHINee Tampilkan Dream Girls Dengan Kain Pel



Ada-ada saja ulah SHINee saat ini. Pernah kebayang tidak yah jika personil shine tampil dengan kain pel yang di pakai untuk lantai ..
( no .. no ... )
SHINee yang selalu tampil keren dan selalu membuat penggemarnya histeris saat melihat penampilannya, membuat penggemarnya menjadi sering berkhayal .. 
( " kapan yah bisa di samping dia ?? kapan yah bsia di peluk sama dia ?? kapan dan kapann ???? )
berkhayal tentang idola kita memang ga ada habisnya, karena untuk bertemu atau bertatapan langsung ajja itu bisa ajaib apalagi bisa bertatapan langsung sama dia .. OMG ... bisa pingsan kali yahh ....
tapi kali ini SHINee idola KPOP kita tampil beda ...



Alih-alih tampil keren saat beraksi dengan lagu barunya berjudulDream Girls, Minho dkk itu justru tampil konyol. Pasalnya, personel SHINee melakukan koreografi lagu itu dengan menggunakan alat yang tak biasa.

Jika biasanya mereka tampil dengan standing microphone, kali ini mereka muncul dengan kain pel. Ya, alat pembersih rumah tangga ini dijadikan sebagai mic oleh Onew, Jonghyun, Key, Minho dan Taemin.

Dalam sebuah acara yang ditayangkan stasiun televisi MBS, Rabu (3/4/2013), SHINee membuat parodi musik video Dream Girls. Dalam variety show itu, personel SHINee mengubah mic dengan kain pel. 

Bahkan, penampilan mereka pun dibuat sedikit aneh. Lupakan SHINee yang biasa tampil keren karena kali ini mereka mengenakan pakaian yang terlihat konyol. Misalnya, Key yang mengenakan celana pendek dipadukan dengan celana jeans hitam bertumpuk. 

Selain itu, ada lagi yang aneh, ternyata SHINee hanya tampil dengan empat personelnya. Kira-kira siapa personel SHINee yang tak hadir dalam acara ini?

Lagu Dream Girls ini memang mendapatkan tanggapan positif dari pecinta musik. Lagu ini juga meraih beberapa penghargaan, misalnya di Music Bank, atau merajai deretan tangga lagu terbaik



Senin, 29 April 2013

Mengintip Kecantikan Indonesia dalam The Mirror Never Lies



Ada pertanyaan yang kadang bergema di benakku: “Apakah aku sudah mengenal Indonesia? Seberapa kenal?” Pertanyaan ini belum menemukan jawaban yang pasti. Entahlah. Mau dijawab sudah kenal, tapi kok rasanya belum kenal-kenal amat. Tapi kalau dijawab belum, kok rasanya keterlaluan. Bagaimanapun, sebagai orang Jawa yang lahir dan besar di Pulau Jawa, aku merasa hidupku ya seputar Jawa. Ketika suatu kali aku berkunjung ke Pulau Bali dan Belitung, sempat terbersit dalam pikiranku, “Eh, ini bagian dari Indonesia juga ya? Ternyata Indonesia itu bukan cuma Jawa dan Jawa dan Jawa.” (Ya iyalah… baru sadar ya? Kasihan deh aku. Hahaha.) Melihat Indonesia dari pulau lain selalu memberikan kesan lain dalam diriku tentang Indonesia. Kesan itu ya soal keindahannya, soal keragaman budayanya, soal Indonesia itu sendiri.





Kemarin aku mendapat sekilas perenungan untuk menjawab pertanyaan di atas dari film yang kutonton. Kemarin aku dan suamiku nonton film, judulnya The Mirror Never Lies (Laut Bercermin). Pertama kali melihat poster film Indonesia itu, aku sebenarnya tak ingin terlalu berharap. Entah kenapa ya, kalau ada label film Indonesia, kok aku belakangan agak tak yakin bakal bagus. Apalagi belakangan yang paling mendominasi adalah film pocong dan kawan-kawannya.

Oke, jadi bagaimana film tersebut?
“Film ini settingnya di Wakatobi,” kata suamiku.
Eh, Wakatobi itu di mana sih? Rasanya pernah dengar. Ketahuan kan kalau pelajaran geografiku buruk? :D



“Berkisah tentang suku Bajo,” lanjutnya. Apa itu suku Bajo? Aku memang pernah membeli buku "Orang Bajo" yang mengisahkan perjalanan seorang antropolog Perancis yang sempat menghabiskan waktu beberapa bulan bersama orang Bajo. Tetapi, aku baru membaca sekilas buku itu dan belum kubaca lebih detail. Niatnya sebelum nonton ingin membaca buku itu dulu, tetapi tumpukan baju kotor lebih memaksaku untuk mencuci daripada melewatkan waktu membaca buku.
Lanjut dulu saja deh.

Film itu menceritakan kisah seorang gadis pra-remaja bernama Pakis (Gita Lovalista). Ayahnya hilang di lautan. Ia sekarang tinggal berdua saja dengan ibunya, Tayung (Atiqah Hasiolan), yang kini menjadi tulang punggung keluarga. Tayung dan Pakis sering berselisih. Masalahnya, Pakis masih berharap ayahnya akan pulang sembari terus menghidupkan kenangan dengan sang ayah, sedangkan Tayung berusaha untuk realistis dan berusaha menerima bahwa suaminya memang sudah tiada. Bagaimanapun perilaku Pakis yang sering berkutat dengan mirror  pemberian ayahnya dan beberapa kali pergi ke paranormal untuk menanyakan keberadaan sang ayah, membuat Tayung sedih. Tetapi dia berusaha menyembunyikan kedukaannya itu lalu ia mulai memakai pupur putih di wajahnya.
Pakis berteman dekat dengan Lubo (Eko), seorang bocah lelaki teman sekelasnya. Menurutku dia menjadi penyeimbang karakter Pakis yang sering sedih. Bocah itu ceria dan sering membantu Pakis.

Suatu hari, datanglah Tudo (Reza Rahadian), seorang pemuda Jakarta yang meneliti lumba-lumba. Awalnya Pakis kurang suka dengan Tudo. Tetapi lama-lama Pakis sering membantu Tudo juga–tentunya dengan Lubo dan salah seorang kawannya yang suka bernyanyi Kutta (Inal). Kisah film itu berkembang di sekitar para tokoh itu: Pakis, Tayung, Tudo, dan Lubo.


Bagiku yang menarik dari film itu adalah gambaran tentang suku Bajo yang kental. Kekentalan itu tampak dari bahasa yang dipakai, yaitu bahasa orang Bajo. Jangan khawatir, ada terjemahan bahasa Indonesianya kok. Lalu ditambah lagi, pengambilan gambar cukup detail tentang keseharian masyarakat Bajo (tentang kasuami, pasar tempat mereka berjual-beli, kaum lelaki yang mencari ikan, dll) dan upacara adat mereka (upacara perjodohan serta penguburan). Dan yang paling keren adalah gambar-gambar pemandangan alam di sana. Cantik sekali.

Hal lain yang menarik adalah tokoh utama film itu Pakis, dimainkan oleh gadis asli suku Bajo, Gita Lovalista. Aktingnya tidak canggung. Selain itu, Lubo, yang dimainkan oleh Eko juga anak suku Bajo. Kalau diminta menilai akting antara Eko dan Gita, bagiku lebih asyik si Eko. Yang lucu adalah adegan ketika Eko memberi makan burung camar peliharaannya. Lucu banget. Dia mengulur-ulur memberi makan, dan kepala si camar ikut bergerak mengikuti gerakan tangan Lubo. Hihihi, jadi geli sendiri kalau ingat.

Menurutku, film ini cocok untuk mempromosikan pariwisata daerah Sulawesi Tenggara, terutama soal suku Bajo dan daerah Wakatobi. Gambar-gambarnya di film itu amat menawan: langit yang biru, gumpalan awan yang seperti kapas, laut yang jernih, pemandangan bawah laut yang aduuuh … keren banget deh!!! Saat menyaksikan itu aku jadi bangga jadi orang Indonesia. Indonesia memang cantik pemandangan alamnya.
Kalau mau mengulik kekurangan film ini, yaitu ceritanya kurang kuatnya dalam menarik emosi penonton. Aku termasuk penonton yang cengeng, yang kalau ada adegan mengharukan sedikiiit saja, pasti mataku sudah panas. Tetapi kemarin aku tak sampai keluar bioskop dengan mata merah. Hehehe. Tetapi yang aku suka adalah, film ini tidak menggurui. Jadi, orang-orang yang sering mengharapkan bisa menarik pelajaran moral dari film (eh, ini penting ya?), kurasa akan kecewa.

Pra produksi film ini memakan waktu 3 tahun. Film ini disutradarai oleh seorang gadis berumur 25 tahun, Kamila Andini, yang kurasa berhasil dimemetik pelajaran dari sang ayah, Garin Nugroho. Sebagai film pertama hasil penyutradaraannya, film ini bagus banget. Dan, yah, film ini menggambarkan Indonesia dari sisi lain. Kurasa, bangsa ini memerlukan film-film serupa, yaitu film yang menunjukkan ceruk-ceruk cantik dari Indonesia. Semoga ke depan, film horor dan film cinta-cintaan tak bermutu tidak mendominasi bioskop di Indonesia.


ini mirror yang asli saya ambil dari www.oden-houseware.com

Sumber: http://blognyakrismariana.wordpress.com

Sabtu, 27 April 2013

Laundry Box VS Ponakanku Yang Pinter

Laundry box biasanya di tempatkan di dalam kamar atau di samping mesin cuci, karena memang tempatnya untuk meletakkan baju kotor, ketika itu tepat di siang hari aku sedang berada di rumah kakak sepupuku, awan pun mendung menandakan akan turun hujan, kakak sepupuku memanggil ku untuk membantunya mengangkat baju-baju di jemuran, ponakanku kutinggalkan begitu saja karena memang cuacanya sudah gelap, .. sekilas info saja, ponakan ku kira-kira berumur 4 tahun, dia cantik dan sangat menggemaskan, aku lanjut lagi, akupun segera membantu kakakku, karena pembantunya yang bekerja disni sedang izin pulang kampong, jadi kakaku mengerjakan semuanya sendiri.

Ketika kakakku sedang membawa sebagian baju ke dalam rumah tanpa di sadari ada beberapa helai pakaian yang terjatuh dilantai, dan aku melihat kalau ponakanku yang tadi sedang asyik bermain langsung berjalan menghampiri pakaian itu, dan pergi membawanya, aku sedikit penasaran dengan kelakuan ponakanku, kira-kira mau diapakan baju itu ??

Aku berjalan pelan-pelan mengikuti  jejak ponakanku yang terus berjalan, dan ternyata baju yang ia bawa di letakan di dalam laundry box di dalam kamar mamanya, aku bingung itu kan baju bersih knapa di letakkan di dalam laundry box ? akupun langsung bertanya kepada kakakku ..

Me : “ kak, kenapa ponakanku menaruh baju yang bersih ke laundry box di kamar kakak ? kan Cuma jatuh di lantai saja ..”
( si kakak tertawa )
Kakak : ‘” hahaha
Me : “ loh kenapa kaka tertawa ? memang ada yang lucu kak ??
Kakak : “ adhe ku sayang, kakak selalu mengajarkan ponakanmu itu untuk hidup bersih, jadi kakak mengajarkan ke dia, kalau baju kotor itu harus di letakkan dalam laundry box ini, oleh karena itu knapa  ponakanmu itu melakukan itu, karena kakak selalu membuat dia terbiasa akan hal itu ..
Me : “ ohh gitu, pinter sekali yah kak .. jadi malu, kayanya bersihan dia hidupnya dari pada aku ? hehehehe

Aku pun tersernyum mendengarkan kata-kata kakakku

Jumat, 26 April 2013

5 Lap Pemakaian Dapur yang Berbahaya

Jakarta - Dari semua ruangan di dalam rumah, dapur merupakan yang paling kotor selain kamar mandi. Salah satu benda di dapur yang paling banyak menyimpan kuman adalah lap atau kain dapur.

Dalam studi terhadap ratusan dapur, para peneliti menemukan MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), E. Coli dan bakteri berbahaya lainnya bersarang pada lap dapur. Hal ini terjadi karena kebiasaan sebagian besar orang yang menggunakan lap dapur untuk bermacam keperluan, seperti membersihkan wastafel, mengelap piring atau menyeka kompor.

Untuk mencegah kontaminasi dan penyebaran kuman lebih luas, sebaiknya hanya pakai satu lap dapur untuk satu kegunaan. Ini yang tidak boleh Anda lakukan dalam penggunaan lap dapur, seperti dilansir She Knows.

1. Menggunakan Lap yang Sama untuk Mengeringkan Piring & Tangan
Sebagian besar bakteri berbahaya yang bersarang di dapur berasal dari tangan Anda sendiri. Untuk mencegah piring bersih terkontaminasi kuman dan bakteri, sediakan selalu dua lap dapur. Satu untuk mengeringkan tangan dan satu lagi untuk piring. Pilihlah dua warna yang berbeda, atau gantung di tempat yang berjauhan untuk membedakan penggunaannya.

2. Hati-hati Terhadap Residu Daging, Ayam dan Ikan
Membersihkan residu bahan makanan hewani dengan lap dapur bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi silang. Artinya, bakteri berbahaya yang terkandung pada air dari daging bisa menyebar ke makanan lain atau tangan. Bersihkan air bekas daging, ayam atau ikan dengan lap sekali pakai atau segera taruh lap dapur ke cucian kotor setelah digunakan.

3. Menggunakan Lap Dapur untuk Membersihkan Wastafel
Studi yang dilakukan University of Arizona menemukan bahwa wastafel untuk cuci piring adalah tempat paling banyak kuman di dapur. Jangan gunakan lap dapur untuk membersihkan wastafel, tapi gunakan spons atau handuk kertas. Setelah digunakan, spons harus dicuci atau masukkan sebentar dalam microwave untuk membunuh kuman.

4. Menggunakan Lap Dapur Bersama Produk Pembersih
Sama seperti daging, produk pembersih juga bisa meninggalkan residu yang menyebabkan kontaminasi silang. Jika Anda menggunakan produk pembersih berformula keras pada wastafel atau meja dapur, lalu Anda mengeringkannya dengan lap dapur dan lap itu juga digunakan untuk mengeringkan tangan, maka Anda telah mengontaminasi diri sendiri dengan residu produk tersebut.

5. Menaruh Lap di Atas Meja Dapur
Pertama, bakteri berkembang di tempat-tempat lembab, dan lap dapur biasanya tidak cepat mengering setelah digunakan. Di saat yang sama, segala sesuatu yang pernah ditaruh di meja dapur bisa menempel pada lap dapur. Baik itu air daging, produk pembersih atau susu yang tumpah. Kesemua hal itu bisa berpindah dari lap ke tangan atau piring bersih Anda. Sebaiknya jangan meletakkan lap di atas meja dapur. Gantungkan lap dapur pada pegangan oven atau hanger dinding.

Sangat penting untuk mencuci lap dapur secara berkala. Kumpulkan lap-lap kotor setiap dua hari sekali untuk dicuci. Jika lap terkena residu daging, ikan-ikanan atau produk pembersih, segera masukkan dalam mesin cuci.

Senin, 22 April 2013

keset untuk kecantikan rumah anda

Alas kaki atau keset biasanya digunakan untuk membersihkan kaki setelah keluar dari kamar mandi atau masuk ke sebuah ruangan. Kadang kita melupakan benda kecil yang terlihat tidak penting ini. Padahal, keset memiliki fungsi yang tak bisa diremehkan.
Selain fungsi tadi, keset juga bisa dipakai sebagai interior rumah. Sesuaikan motif keset dengan tema utama rumah Anda, agar keset bisa mampu jadi pemanis. Untuk teras rumah misalnya, berikut adalah tips memilih keset untuk teras agar untuk mendukung nuansa yang indah sekaligus sebagai benda untuk membersihkan kaki:
  • Fungsi keset kaki yang diletakkan di teras rumah adalah untuk membersihkan kaki setelah Anda melakukan kegiatan di luar ruangan tanpa menggunakan sepatu ataupun sendal.
  • Keset kaki yang cocok untuk diletakkan di teras adalah keset yang berbentuk, misalnya anyaman besi ataupun berbahan plastik PVC , supaya dapat  membersihkan bagian bawah alas kaki yang kotor.

  • Pilihlah keset kaki dengan warna yang senada dengan lantai teras rumah Anda, agar mampu menambah kesan yang menarik.
  • Taruhlah pot bunga kecil yang menarik di samping keset kaki di teras rumah sehingga bisa menambah daya tarikatau memunculkan kesan yang mencuri perhatian.

Kamis, 18 April 2013

Membuat kemoceng dari tali rafia




  Sulak atau Kemoceng merupakan alat manual yang berfungsi membersihkan debu pada benda dengan cara dikibaskan – kibaskan. Alat ini biasanya berbahan dasar tali ataupun bulu yang bersifat halus. Jika berbahan dasar tali, maka bentuk alatnya terdiri dari tangkai dan helai rambut untuk menghapus debu. Namun jika berbahan dasar bulu, maka bentuk alatnya terdiri dari tangkai dan daun pembersih


Beberapa hal yang berkaitan dengan proses pembuatan Sulak atau Kemoceng dari tali Rafia bisa disimak di bawah ini:  A. Bahan – bahan yang diperlukan:
  1. Tali Rafia secukupnya 
  2. Batang kayu sepanjang 30 – 40 Cm 
B. Alat-alat yang digunakan:
  1. Gunting 
  2. Cutter 
  3. Sisir paku (terbuat dari kayu dan ditancapi paku runcing) 
  4. Jarum/Peniti
C. Cara membuatnya:
  1. Potong tali Rafia dengan ukuran 20 – 30 Cm untuk membuat helai rambut (tali pendek); 
  2. Rentangkan tali Rafia sepanjang 2 – 3 m (tali panjang) sebagai tali pengikat utama. 
  3. Ikatkan sebanyak mungkin tali Rafia yang sudah dipotong (pendek) dengan bentuk terbagi dua sama panjang pada rentangan tali pengikat utama; 
  4. Jika ikatan pada tali pengikat utamanya sudah banyak dan memanjang hingga 2 – 3 m, sisir menggunakan sisir paku hingga berbentuk serabut atau helai rambut tipis, kecil dan halus. Jika belum mempunyai sisir paku, bisa menggunakan jarum atau peniti untuk menyayat dan membentuk raffia menjadi serabut halus. 
  5. Jika sudah halus, potong bagian rambut yang belum rapi menggunakan gunting agar sama panjang. 
  6. Setelah rapi, ikatkan dengan kencang melingkar (spiral) pada batang kayu dimulai dari atas hingga ke bawah (sekitar ¾ ukuran batang kayu). 
  7. Sisihkan tempat (1/4 ukuran batang kayu) sebagai pegangan dan hias serta buat tempat gantungan menggunakan sisa tali Rafia.
NB: Untuk mempercantik tampilan kemoceng, gunakan tali rafia yang berwarna cerah dan bervariasi jenis warnanya.